Senin, 22 April 2013

PENGASUHAN ANAK SIGMUN FREUD VS ORANG JAWA


FREUD mengemukakan bahwa ( Psikoanalisa)
- “setiap anak membutuhkan kasih sayang”
-Struktur anak pada waktu dilahirkan adalah “Das Es” --------- mendorong anak untuk memuaskan nafsu-nafsunya (prinsip kenikmatan).
Ciri – ciri dinamisme perkembangan kejiwaan
  • MH ( azaz biologis )
  • Butuh pertolongan (azaz kebutuhan pertolongan )
  • Butuh perlindungan (azaz keamanan)
  • Mencoba hal yang baru ( azaz eksplorasi )
Sigmun Freud
Sigmund Freud (1856-1939) adalah seorang dokter dari Wina yang datang untuk percaya bahwa orang tua cara berurusan dengan dasar seksual dan agresif keinginan anak-anak akan menentukan bagaimana kepribadian mereka berkembang dan apakah atau tidak mereka akan berakhir dengan baik disesuaikan sebagai orang dewasa. Freud menggambarkan anak-anak akan melalui beberapa tahapan perkembangan seksual, yang ia sebut oral, anal, phallic, Latency, dan Genital.
Dalam pandangan Freud, setiap tahap difokuskan pada aktivitas seksual dan kesenangan yang diterima dari wilayah tertentu dari tubuh. Pada fase oral, anak-anak terfokus pada kenikmatan yang mereka terima dari mengisap dan menggigit dengan mulut mereka. Pada fase anal, pergeseran fokus ini untuk anus ketika mereka mulai toilet training dan berusaha untuk mengendalikan perut mereka. Pada tahap phallic, fokus bergerak terhadap rangsangan genital dan identifikasi seksual yang datang dengan memiliki atau tidak memiliki penis. Selama fase ini, Freud berpikir bahwa anak-anak gilirannya minat dan kasih terhadap orang tua mereka dari lawan jenis dan mulai sangat membenci orang tua jenis kelamin yang sama. Ia menyebut gagasan ini sebagai Oedipus Complex karena erat mencerminkan peristiwa tragis yang bermain Yunani kuno di mana seorang raja bernama Oedipus berhasil menikahi ibunya dan membunuh ayahnya. The phallic / Oedipus tahap dianggap diikuti dengan periode laten selama dorongan seksual dan bunga untuk sementara tidak ada. Akhirnya, anak-anak berpikir untuk memasuki dan tinggal dalam tahap Genital akhir di mana minat seksual dewasa dan aktivitas datang untuk mendominasi.
teori Freud difokuskan pada identifikasi bagian-bagian kesadaran. Freud berpikir bahwa semua bayi pada awalnya didominasi oleh bawah sadar, insting dan egois mendesak untuk kepuasan segera yang berlabel Id tersebut. Sebagai bayi mencoba dan gagal untuk mendapatkan semua keinginan mereka bertemu, mereka mengembangkan apresiasi yang lebih realistis tentang apa yang realistis dan mungkin, yang disebut Freud "Ego". Seiring waktu, bayi juga belajar tentang dan datang untuk menginternalisasikan dan mewakili nilai-nilai orang tua mereka dan aturan. Aturan-aturan ini internalisasi, yang disebut "Super-Ego", merupakan dasar bagi hati nurani anak berkembang bahwa perjuangan dengan konsep-konsep karya benar dan salah dan dengan Ego untuk mengontrol kepuasan segera mendesak dari Id ini.
Dengan standar yang ketat hari ini ilmiah, teori psikoseksual Freud tidak dianggap sangat akurat. Namun, masih hari ini penting dan berpengaruh karena perkembangan teori tahap pertama yang mendapat perhatian nyata, dan teori lainnya menggunakannya sebagai tempat awal.Sigmund Freud, yang dianggap sebagai bapak psikoanalisis telah datang dengan teori psikoanalitik banyak yang terutama bertujuan untuk membedakan dan menjelaskan mengapa beberapa orang merasa sehat dan baik, sedangkan yang lain menderita gangguan mental.
 Kepribadian Pembangunan di Teori psikoanalitik Sigmund Freud mengatakan bahwa, kepribadian memiliki tiga komponen.
1.      Id ( insting dan dorongan kepuasan) yang sudah muncul sejak lahir.Id-mentah ini, bagian progeni kepribadian keinginan dan kepuasan seketika gembira, memotong efek potensial.
2.      Ego ( daya nalar,proses mental, pikiran sehat, realitas). Muncul ketika usia satu tahun. Penyeimbang ID dan Superego.Ego-Bagian koheren kepribadian, ego usher seseorang melalui kehidupan dan perubahan dia untuk membuat pilihan yang baik.
3.      Superego ( nilai-nilai sosial) muncul ketika usiia dewasa.Super-ego-ini adalah kebalikan dari id, itu adalah segi moral kepribadian, dan itu memungkinkan seseorang untuk menjalani rasa bersalah.
Ketiga dapat bekerja bersama sebagai satu, tetapi ada juga kemungkinan bagi mereka untuk kerusakan. Tahapan psikoseksual Freud:
  • Lisan
  • Anal
  • Phallic
  • Latency
  • Genital
v  Oral psikoseksual tahap: Panggung terjadi dari lahir sampai 18 bulan. Bayi mendapat kesenangan dengan mengunyah, minum, dan hal-hal menempatkan dalam mulut mereka.
v  Anal psikoseksual Tahap: Dari 18 bulan sampai 3 tahun, anak-anak menemukan kesenangan karena dapat pergi ke kamar mandi pada waktu yang tepat.
v  The phallic psikoseksual:Tahap terjadi 3-6. Pada tahap ini, gender memainkan peranan penting. Girls menjalani kompleks Electra dan Pria menjalani Oedipous kompleks. Ada juga kemungkinan untuk anak perempuan untuk menjalani iri penis.
v  Psikoseksual Latency Stage: Dari 6 sampai 12 tidak ada seksual yang terjadi dalam tahap ini. Fokus utama akan belajar dan membangun persahabatan.

Perspektif Sosial Budaya Jawa
Putramu bukanlah putramu.. Mereka adalah putra-putri kehidupan yang mendambakan hidup mereka sendiri. Mereka datang dari kamu tetapi tidak dari kamu. Dan sungguhpun bersamamu mereka bukanlah milikmu. Engkau dapat memberi kasih sayangmu tetapi tidak pendirianmu sebab mereka memiliki pendirian sendiri. Engkau dapat memberikan tempat pijak bagi raganya tapi tidak bagi jiwanya, lantaran jiwa mereka ada di masa datang, yang tidak bisa engkau capai sekalipun dalam mimpi. Engkau boleh berusaha mengikuti alam mereka, tetapi jangan berharap mereka dapat mengikuti alammu, sebab hidup tidak surut ke belakang, tidak pula tertambat di masa lalu. Engkau adalah busur dari mana bagai anak-anak panah kehidupan putra-putrimu melesat ke depan”. (Kahlil Gibran, Sang Nabi).
Sebagian besar masyarakat Indonesia melihat kehadiran seorang anak sebagai anugrah yang luar biasa sehingga sangat dinantikan oleh anggota keluarganya. Refleksi syukur atas kehadiran anak ditunjukan dengan hadirnya berbagai upacara untuk menyambut kehadiran anak semisal pada suku Jwa di Yogyakarta antara lain:
·       Upacara Mitoni atau Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan bagi wanita hamil tujuh bulan.
·       Brokohan adalah acara sedekahan yang dilakukan sebagai salah satu wujud ungkapan rasa syukur setelah kelahiran bayi dan untuk memohon keselamatan dan agar bayi menjadi anak yang baik yang dimulai dengan penanaman ari-ari dan pembagian sesaji kepada tetangga;
·       Sepasaran yang ditujukan untuk memohon keselamatan bagi bayi ketika bayi memasuki hari kelima yang dilaksanakan setelah magrib, dan upacara upacara lainnya.

Pola Asuh, Asah dan Asih
Di Indonesia orangtua mengenal istilah asuh, asah dan asih yang dijadikan pola untuk mendidik putra-putrinya. Pola asuh adalah perlakuan orangtua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh lebih menyangkut pada perawatan dan perlindungan anak yang sangat menentukan pembentukan fisik dan mental anak. Pola asah menyangkut perawatan anak dalam menyuburkan kecerdasan majemuk, utamanya terkait dengan aspek kognitif dan psikomotorik. Pola asah ini meliputi pembentukan intelektualitas, kecakapan bahasa, keruntutan logika dan nalar, serta ketangkasan dalam mengolah gerak tubuh. Sedangkan pola asih merupakan perawatan anak dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual sehingga mampu menyuburkan rasa kasih sayang, empati, memiliki norma dan nilai sosial yang bisa diterima oleh masyarakat. Pola asih ini akan mempengaruhi perkembangan afeksi anak, meliputi moral, akhlak, emosi dan perilaku.
Pola asuh, asah dan asih orangtua terhadap anak dipengaruhi oleh banyak hal, seperti latar belakang budaya, status sosial-ekonomi, kondisi geografis, dan pemahaman nilai-nilai. Dengan demikian, masing-masing ranah kebudayaan memiliki pola asuh, asah dan asih yang berbeda-beda. Orangtua di beberapa daerah menerapkan pola asuh, asah dan asih secara turun-temurun dari nenek moyang.
Keluarga merupakan komponen masyarakat terkecil di mana orangtua adalah lingkungan yang pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak. Dikatakan demikian karena sejak kelahirannya anak berada di lingkungan dan di bawah asuhan orangtuanya. Pola sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang ditanamkan orangtua kepada anak melalui pengasuhannya itu merupakan landasan fundamental bagi perkembangan kepribadian dan tingkah laku anak selanjutnya.
Penanaman Budi Pekerti
Esensi Budi Pekerti, secara tradisional mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik dirumah maupun disekolah, kemudian berlanjut dalam kehidupan dimasyarakat.
Dirumah dan keluarga .Sejak masa kecil dalam bimbingan orang tua, mulai ditanamkan pengertian baik dan benar seperti etika, tradisi lewat dongeng, dolanan/permainan anak-anak yang merupakan cerminan hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan.
Berperilaku yang baik dalam keluarga amat penting bagi pertumbuhan sikap anak selanjutnya. Dari kecil sudah terbiasa menghormat orang tua atau orang yang lebih tua, misalnya : jalan sedikit membungkuk jika berjalan didepan orang tua dan dengan sopan mengucap : nuwun sewu ( permisi), nderek langkung ( perkenankan lewat sini).
Selain berperilaku halus dan sopan, juga berbahasa yang baik untuk menghormati sesama, apakah itu bahasa halus ( kromo) atau ngoko ( bahasa biasa). Bahasa Jawa yang bertingkat bukanlah hal yang rumit, karena unggah ungguh basa( penggunaan bahasa menurut tingkatnya) adalah sopan santun untuk menghormat orang lain.
Dalam percakapan sehari-hari, orang tua kepada anak memakai ngoko, sedang anaknya menggunakan kromo. Dalam pergaulan dipakai pula bahasa campuran yang memakai kata-kata dari kromo dan ngoko dan ini lebih mudah dipelajari dalam praktek dan sulit dipelajari secara teori.
Tembang yang bermakna
Pada dasarnya, pendidikan informal dirumah, dikalangan keluarga adalah ditujukan kepada harapan terbaik bagi anak asuh. Coba perhatikan ayah atau ibu yang meninabobokkan anak dengan kasih sayang melantunkan tembang untuk menidurkan anak , isinya penuh permohonan kepada Sang Pencipta, seperti tembang : Tak lelo-lelo ledung, mbesuk gede pinter sekolahe, dadi mister, dokter, insinyur. ( Sayang, nanti sudah besar pintar sekolahnya, jadi sarjana hukum, dokter atau insinyur).
Pendidikan tradisional zaman dulu mengandung kesabaran, nerimo ing pandhum, pasrah, ayem tentrem, tansah eling marang Pangeran ( selalu dengan sabar menerima dan mensyukuri pemberian Tuhan, pasrah. Pengertian pasrah adalah tekun berusaha dan menyerahkan keputusan kepada Tuhan.Hati tenang tentram, selalu ingat kepada Tuhan).Perlu digaris bawahi bahwa kepercayaan orang Jawa tradisional kepada Tuhan itu sudah mendarah daging sejak masa kuno, sehingga anak-anak Jawa sejak kecil sudah sering mendengar kata-kata orang tua : Kabeh sing neng alam donya iku ana margo kersaning Gusti. ( Semua yang ada didunia ini ada karena kehendak Tuhan).Sehingga bagi orang Jawa tradisional, apapun yang terjadi, akan selalu pasrah dan mengagungkan Gusti/Tuhan. Itu sudah menjadi watak bawaan yang mendarah daging.
Peduli Lingkungan
Pendidikan yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam, juga sudah dimulai sejak usia belia.Anak-anak diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang kepada binatang dan tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam.
Pendidikan formal
Selain pendidikan non-formal yang berkembang dan berpengaruh positif, pendidikan formal tentu saja mempunyai peran sangat penting.Anak dididik supaya cerdas dan punya budi pekerti.Sejak ditaman bermain/Play group, TK,SD, anak diperkenankan  dan dibiasakan bersosialisasi, ditanamkan etika, sopan santun, kebersihan, rasa kebersamaan, rasa kebersamaan dialam sebagai satu kesatuan kosmos, ditanamkan rasa solidaritas dan kasih sayang demi keselarasan, keseimbangan dan perdamaian.
Pelajaran dari cerita wayang
Cerita yang bersumber dari pewayangan juga penting untuk pendidikan budi pekerti secara umum. Bagi orang Jawa tradisional, apa yang dikisahkan dalam wayang adalah merupakan cermin dari kehidupan, oleh karena itu wayang sangat populer di Jawa sampai saat ini. Pelajaran yang bisa ditarik dari pewayangan adalah , antara lain :
  1. Didunia ini ada baik dan jahat, pada akhirnya yang baik yang menang, tetapi setiap saat yang jahat akan berusaha untuk menggoda lagi.
  2. Ikutilah contoh dari sikap hidup Pandawa, lima satria putra Pandu yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa dan satria-satria yang lain yang mempunyai watak luhur, jujur, sopan. Mereka berjuang demi kebenaran, untuk kesejahteraaan rakyat dan negara. Mereka dengan tekun dan ikhlas mendalami spiritualitas, kebatinan. Mereka menggunakan kemampuan, kesaktiannya untuk tujuan yang mulia. Satria itu orang yang berbudi pekerti, berwatak luhur dan bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar