Jumat, 19 April 2013

Tinjauan Psikologi mengenai masalah kewiraswastaan


1.             Pengertian Kewiraswastaan
Istilah wiraswasta merupakan terjemahan dari kata entrepreneur, namun pengertiannya berbeda. Menurut Mc Clelland (1967) seorang entrepreneur adalah seorang yang menerapkan kemampua untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi dan menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan dan memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut. [1]
Menurut imam S. Sukardi (1984) pengertian wiraswastaaan menunjukkan kepada kepribadian tertentu, yakni pribadi, yang mampu berdiri diatas kekuatan sendiri. [2] manusia yang mampu berdiri diatas kekuatannya sendiri, dengan kemampuannya sendiri dan mampu mencapai apa yang dia inginkan atas dasar pertimbangananya sendiri.
Menurut Schumpeter seseorang yg menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju, mencakup mereka yg mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman modal/ sarana produksi, mereka yg mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau mereka yg memiliki respon yg kreatif dan inovatif.
wiraswasta:  seorang yg memiliki kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambilan resiko yg sedang, & tanpa mengabaikan kepentingan orang lain dalam bidangnya/ masyarakat (Munandar, 2000).

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wiraswasta adalah seorang yang memiliki kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovasi,ulet, berpandangan jauh kedepan, pengambilan resiko yang sedang dan tanpa mengabaikan kepentingan orang lain dalam bidangnya atau masyarakat.

2.             Peranan Wiraswasta Dalam Dunia Usaha
William Soerjadjaja (1981) mengatakan fungsi dan peran wiraswasta yaitu
1)      Memimpin usaha, baik secara teknik dan ekonomis dengan berbagai aspek fungsional.
2)      Mencari keuntungan bisnis, dan
3)      Membawa usaha kea rah kemampuan, perluasan,perkembangan serta kontinuitas.
Peran Enterpreneurmenurut Schumpeter :
1)             Memperkenalkan hasil produksi baru.
2)             Memperkenalkan cara berproduksi yg lebih maju.
3)             Membuka pasaran.
4)             Merebut sumber bahan mentah atau setengah jadi.

3.             Ciri-ciri Psikologik Seorang Wiraswasta
Menurut Imam S. Sukardi (1984) berpendapat bahwa seorangwiraswasta adalah :
a)                  Seorang yang supel dan fleksibel dalam bergaul, mampu menerima kritikdan mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain.
b)        Seseorang yang mampu dan dapat memanfaatkan kesempatan usahayang ada.
c)                  Seseorang yang berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan atashal-hal yang akan dikerjakan serta menyenangi tugas-tugas yang efektif dengan orang lain.
d)                Seseorang yang memiliki pandangan yang ke depan, cerdik, lihai, dapatmenanggapi situasi yang berubah-ubah serta tahan terhadap situasi yangtidak menentu (istilah sekarang tahan bantingan).
e)        Seseorang yang dengan oto-aktivitasnya mampu menemukan sesuatuyang orisinil dari pemikiran sendiri dan mampu menciptakan hal-hal baruserta kreatif.
f)         Seseorang yang mempercayai kemampuan sendiri, kemampuan untukbekerja mandiri, optimis dan dinamis serta memiliki kemampuan untukmenjadi pemimpin.
g)        Seseorang yang mampu dan menguasai berbagai pengetahuan maupunketrampilan dalam menyusun, menjalankan dan mencapai tujuanorganisasi usaha, manajemen umum dan berbagai bidang pengetahuanlain yang menyangkut dunia usaha.
h)        Seseorang yang memiliki motivasi yang kuat untuk menyelesaikantugasnya dengan baik, mengutamakan prestasi, selalu memperhitungkanfaktor penghambat maupun penunjang, tekun, kerja keras, teguh dalampendirian dan berdisiplin tinggi.
i)          Seseorang yang memperhatikan lingkungan sosial untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik bagi semua orang.

Menurut Panglaykim (1978) seorang wiraswasta modern pada dasarnya mempunyai karakteristik psikologik spesifik. Ia gemar menghadapi tantangan, bergerak dalam dunia yang penuh persaingan dan menunjukkan kegigiha dalam berjuang untuk akhirnya muncul sebagai pemenang. Dalam hal ini seorang wiraswasta tidak menyukai kerja yang lamban, dan suka mengambil resiko serta mampu mempengaruhi orang lain agar kerja lebih giat. Disamping itu ia menyenangi konsep, gagasan dan teknologi baru agar cara-cara yang ditetapkan lebih efisien.
4.             Bagaimana kewiraswastaan di Indonesia
Pertumbuhan kewiraswastaan dari masing-masing masyarakat tidak selalu sama karena adanya perbedaan factor yang mendasarinya, misalnya: factor ekonomi, social, politik, cultural maupun sejarah. Di lingkungan masyarakat  yang sedang berkembang sector swasta sering menghadapi situasi yang rumit karena banyaknya keterbatasan dan hambatan untuk tumbuh sesuai dengan kondisi tradisional yang sering dialami oleh masyarakat sedang berkembang pada umumnya.
Heidjrahman (1982) berpendapat bahwa jumlah wiraswastawan di Indonesia masih sangat terbatas, baru mencapai 0,001 persen dari jumlah penduduk yang berjiwa wiraswasta. Menurut Suparma (1978) untuk ppembangunan suatu Negara pada dasarnya dibutuhkan 2% dari jumlah penduduk yang berjiwa wiraswasta. Kecilnya jumlah ini disebabkan karena etos kerja yang kurang menghargai kerja keras, kondisi ekonomi baik masa penjajahan maupun sudah kemerdekaan dengan segala konsekuansinya dalam masyarakat. Selain itu yang terpenting adalah sikap mental wiraswasta.
Wiraswastawan cenderung memiliki beberapa ciri tingkah laku yangmenonjol, antara lain :
1)             Bertanggung jawab secara pribadi atas segala tindakannya
2)      Berusaha mengerjakan tugas dengan cara-cara baru yang kreatif.
3)      Mengharapkan adanya umpan balik dari tugas yang dikerjakan.
4)      Mempunyai taraf aspirasi yang realistis untuk pencapaian tujuan dimasadepan.
5)      Dalam dirinya selalu ada keraguan untuk meraih prestasi yang lebih baikdan untuk itu mau bekerja keras.
6)      Selalu memperhitungkan resiko dari tugas yang dikerjakan sehingga cenderung menetapkan tujuan yang sedang-sedang resikonya.
Menurut Mc Clelland untuk wiraswastawan selain mempunyai motif untuk berprestasi yang tinggi pada mereka juga mempunyai motif berafiliasi dan motif berkuasa. Untuk motif afiliasi merupakan kebutuhan akan kehangatana dan dukungan dalam hubungan dengan orang lain. Sedang motif berkuasa yang motif untuk menyimpulkan bahwa wiraswastawa terdapat motif untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain.
Mengenai sikap mental wiraswastawan dijelaskan oleh Mattulada (1985) yang cukup dianggap mewakili kondisi masyarakat Indonesia yaitu:
a.       Tanggapn terhadap waktu. Berorientasi kemasa depan. Nampaknya bererientasi ke masa depan Indonesia belum begitu berkembang dalam mentalitasnya.
b.      Tanggapan terhadap hakikat hidup. Dalam menghadapi hidup orang harus memiliki nilai yang tinggi unsure-unsur yang menggembirakan dan unsure yang mendorong upaya ke arah kebahagiaan dalam kehidupan sikap mental  semacam ini, orang Indonesia masih kurang dalam membudayakannya.
c.       Tanggapan terhadap hubungan dengan sesama manusia.  Menilai tinggi kerjasama denga orang lain tanpa meremehkan kualitas individu merupakan orientasi yang mendorong kemajuan masyarakat. Di Indonesia masalah kerjasama ini masih harus diupayakan, sebab kendalanya mengandung aspek-aspek negative yang mengarah ke individu.
d.      Tanggapan terhadap kerja. Orang Indonesia masih menunjukkan sikap mental yang hanya mementingkan kerja untuk kedudukan dan prestise saja.
e.       Tanggapan tentang alam. Sikap mental yang mendorong keinginan orang untuk menguasai alam beserta isinya dipandnag sebagai sikap mental yang dapat mengembangkan kemajuan dalam masyarakat.
Menurut Koentjaningrat (1981) sesudah revolusi kemerdekan Indonesia tumbuh beberapa kelemahan dalam mentalitas orang Indonesia. Sifat kelemahan tersebut bersumber pada kehidupan yang penuh keragu-raguan, kehidupan tanpa pedoman dan orientasi yang tegas.pendapat ini senada denga pendapat Mochtar Lubis. Dia berpendapat bahwa orang Indonesia memiliki cirri-ciri berikut : munafik, segan dan enggan bertanggung jawab. Berjiwa feudal, percaya tehayul, artistic, watak lemah, tidak hemat, dan tidak bekerja keras. Mentalitas priyayi lebih memadang While-collarjob sebagai puncak idaman, sedangkan pekerjaan tangan diaggap sebagau nasib yang paling malang.  Dari uraian diatas Nampak bahwa factor sikap mental sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan wiraswastawan.
Adapun sikap mental yang harus dikembangkan mengarah pada :
1)      Efisiensi
2)      Kerajinan
3)      Ketertiban
4)      Ketelitian
5)      Kesederhanaan
6)      Kejujuran
7)      Kemampuan mengambil keputusa secara rasional
8)      Siap dan peka terhadap perubahan
9)      Mampu melihat peluang
10)  Mempunyai semangat kerja
11)  Ketulusan dan percaya diri
12)  Mampu bekerjasama
13)  Berpandangan jauh kedepan
5. Masalah Pengembangan Kewiraswastaan
Setiap manusia dikarunia oleh Tuhan bermacam-macam potensi, namun menurut para ahli banyak diantaranya yang belum digunakan atau dikembangkan. Potensi- potensi yang dimiliki manusia sebagai perlengkapan dirinya, yang pada beberapa orang telah dikembangkan sedangkan yang kebanyakan orang menyadarinyapun tidak. William James seorang Psikolog Amerika memperkirakan bahwa orang biasa baru menggunakan lebih kurang 10% kemampuannya.
Jika dilihat dari fakta tersebut dan dikaitkan dengan kewiraswastaan, dimana kewiraswastaan tidak dapat lepas dari SDM, maka pengembangan kewiraswastaan perlu didiskusikan lebih lanjut.
5.             Proses Perkembangan Wiraswasta
Batasan wiraswasta adalah :
a.    Seseorang yang memiliki penguasaan atas alat-alat produksi, sumber daya dan tenaga kerja.
b.    Melalui penguasaan tersebut, dia menciptakan produk tertentu
c.    Produk tersebut ditukarkan atau dijual dalam situasi pasar.
d.   Hasil pertukaran maupun penjualan sumber penghasilan dan kehidupan orang tersebut.
Jadi sorang wiraswasta adalah seorang yang dapat memanfaatkan, mengatur, mengarahkan sumberdaya, tenaga kerja, alat produksi untuk menciptakan sesuatu produk tertentu. Dimana produk tersebut ditukarkan atau dijual dalam situasi pasar, dan dengan demikian mendapatkan sumber penghasilan untuk kelangsungan hidupnya.
Penelitian Mc Clelland menunjukkan data dasar untuk membandingkan wiraswasta dan non wiraswasta. Menurutnya baik wiraswasta maupun non wiraswasta memiliki tiga dasar motif social. Yaitu: motif untuk berprestasi, motif untuk berafiliasi (menjalin persahabatan) dan motif untuk berkuasa. Motif berprestasi lebih terlihat jelas pada wiraswasta disbanding non wiraswasta.
Karakteristik untuk menjadi wiraswasta,yaitu:
a)    Mempunyai rasa percaya dan harga diri yang kuat.
b)   Ingin menciptakan sesuatu yang orisinil.
c)    Orientasi pada masa depan.
d)   Berani mengambil resiko
e)    Berorientasi pada hubungan antar manusia.
6.             Profil wiraswasta yang berhasil
Menurut Mc Clelland, seorang wiraswasta yang dianggap berhasil bila ia mampu bertahan dan mencapai tujuan dalam bidang usahanya.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli ilmu social, keberhasilan seorang wiraswasta apabila ditinjau dari karakteristik psikologiknya, mereka mempunyai profil karakteristik tertentu, yaitu:  (iman Snatoso Sukardi)
1)             Self confidence
Kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri untuk bekerja sendiri,  bersikap optimis dan dinamis, memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
2)             Originality
Kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru, tidak terikat pada pola yang ada, kreatif dan cakap pada berbagai bidang.
3)             People oriented
Menggunakan orang lain sebagai feedback terhadap apa yang telah ia kerjakan, baik langsung maupun tidak langsung,
4)             Task-result oriented
Merupakan tingkah laku yang bertujuan untuk menjelaskan tugas, adanya dorongan kuat untuk mengambil resiko dan menerima segala konsekuensi yang terjadi dari apa yang telas diputuskan sehubungan dengan tugasnya.
5)             Future oriented
Kemampuan untuk berpandangan jauh kedepan, mengenai hal-hal yang akan terjadi.

6)             Risk-taking
Kemampuan mengambil resiko atas hal-hal yang dikerjakannya, bila gagal tidak mencari kambing hitam yang dijadikan sumber hambatan terhadap pencapaian tujuan dari apa yang sudah dikerjakan.
Karuniadi (1978) memberikan gambaran mengenai cir-ciri tingkah laku pengusaha yang berhasil, disamping mempunyai daya fikir kreatif, maupun dalam tingkah lakunya taupun sikap mentalnya harus mempunyai factor-faktor sebagai berikut:
1)      Terbuka terhadap saran-saran dari orang lain terhadap apa yag telah dilakukannya.
2)      Mempunyai fikiran yang dipusatkan kepada satu hal pada satu waktu
3)      Mempunyai keinginan membara untuk maju
4)      Adanya kegairahan maupun semangat yang menyala-nyala terhadap apa yang dibuat.
5)      Dapat menganalisis suatu masalah secara sistematik
6)      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat dan haus akan ilmu pengetahuan.
7)      Mempunyai inisiatif yang menonjol atau berani mengambil langkah-langkah baru yang lain kebiasaan.
Keberhasilan wiraswastawan ataupun wirausahawan merupakan perpaduan antara kebutuhan dan penetapan tujuan yang mempengaruhi tingkah laku yang produktif. Menurut Mc. Ber & Company (1974), pola tingkah laku dalam menetapkan tujuan prestasi ada lima factor, yaitu:
a)      Realistic,
artinya seseorang pengejar prestasi didalam menetapkan tujuanharus cukup realistik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
b)      Challenging,
artinya tujuan itu sendiri harus mempunyai tantangan.
c)      Time-phased,
artinya adanya batasan waktu yang ditetapkan oleh individuguna mengakhiri dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungandengan pencapaian tujuan.

d)     Specific,
artinya kejelasan dari tujuan yang ingin dicapainya dapatdiformulasikan secara konkret.
e)      Measurable,
artinya tujuan itu harus dapat diketahui dan diukur akhirnya.
Perilaku kewiraswastaan disimpulkan sebagai berikut :
1)             Dorongan untuk berprestasi berpengaruh terhadap perkembangan atauhasil usaha seseorang.
2)             Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi yagn tinggi cenderungmemiliki profesi bisnis atau usaha.
3)             Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi cenderungmenetapkan tingkat aspirasi secara realistik.
4)             Individu yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi, selalumemiliki tugas atau pekerja yang mempunyai risiko yang sedang, danselalu mementingkan hasil akhir yang baik, sesuai dengan standar yangditetapkan sendiri.
5)             Kebutuhan berprestasi dari para pengusaha dari berbagai latar belakangkebudayaan pada prinsipnya dapat lebih dikembangkan.
6)             Keberhasilan para pengusaha di negara-negara sedang berkembangdisebabkan salah satu faktornya yaitu mempunyai kebutuhan berprestasiyang tinggi.
7)             Dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi memungkinkan seorang pengusaha mempunyai inisiatif yang tinggi, mau mengekplorasi, dan secara kontinum mengadaka penelitian terhdap lingkungan guna menemukan cara-cara yang baru untuk dapat memecahkan masalahnya secara memuaskan.



[1] Moh. As’ad, psikologi Industri ( yogjakarta.1991) hal 145
[2] Ibid 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar