Sabtu, 20 April 2013

Konseling Psikoanalisa


   Pandangan tentang sifat dasar manusia
Menurut teori konseling psikoanalisa, perilaku dan perkembangan manusia bersifat deterministik. Perilaku dan perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor genetik (biologis) dan berbagai peristiwa pada tahun-tahun awal kehidupan atau pada masa kanak-kanak. Meskipun demikian, teori ini juga mengakui pentingnya peran konteks sosial khususnya lingkungan keluarga dalam mempengaruhi perkembangan. Freud juga memandang manusia sebagai entitas yang memiliki kemampuan untuk menyadari kesulitan atau masalahnya dan memanfaatkan sumber-sumber bantuan lain dan perkembangan pribadinya untuk memahami masalahnya mengalahkan dorongan naluriahnya yang tidak rasional dan membuat perubahan yang positif dan kemudian mencapai kehidupan yang diinginkannya.
2.2. Sistem teori
Teori konseling psikoanalisa berakar dari teori kepribadian Freud. Dalam hal ini Freud menggambarkan kepribadian manusia melalui konsep struktur mental (psyche) dan struktur kepribadian.
a.      Struktur mental
      Kesadaran, merujuk pada apa yang sedang kita persepsi (rasakan, pikirkan, amati). Kesadaran ini dapat dikenali dari apa yang kita rasakan.
      Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa-peristiwa masa  lampau yang siap masuk kedalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan.
      Ketidaksadaran, ditamsilkan sebagai gudang dari imej-imej yang tak dapat diterima (ditolak oleh norma tertentu), peristiwa masa lampau, impuls-impuls dan keinginan yang tidak kita sadari. Materi-materi di dalam ketidaksadaran berpotensi menimbulkan ketegangan, ancaman dan perasaan cemas. Materi ini sering muncul ke kesadaran dalam bentuk halusinasi atau impian.
b.      Struktur kepribadian
      Id, merupakan struktur yang kita bawa sejak lahir dan bersisikan semua potensi bawaan, termasuk naluri-naluri yang umumnya tidak kita sadari. Di dalam id terdapat dorongan-dorongan naluriah yang cenderung primitif dan menimbulkan ketegangan karena menuntut untuk dipenuhi. Untuk memuaskan dorongan-dorongan, id menggunakan dua mekanisme tindakan refleks dan proses primer.
      Dorongan naluriah, dibedakan menjadi dua, yakni:
  Naluri hidup (libido) yang merefleksikan kebutuhan id untuk mengejar kesenangan dan menghindari ketidaknyamanan.
  Naluri mati (tanatos) yang merupakan dorongan-dorngan agresif yang negatif yang dapat mecelakakan diri sendiri atau orang lain.
      Ego, berfungsi untuk membantu id memenuhi dorongan-dorongannya secara nyata dan bukan hanya sekedar membayangkan atau melamun. Ego tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan id, tetapi juga merintangi atau menolak dorongan-dorongan yang tidak di ijinkan oleh norma atau kode moral yang ditekankan oleh lingkungan sosial. Ego merupakan aspek eksekutif (pengendali atau pengatur) dari struktur kepribadian.
      Superego, merupakan aspek kepribadian yang berisikan nilai-nilai atau kode moral masyarakat yang di internalisasi oleh anak melalui pedidikan orang tua. Manusia yang mengikuti arahan superegonya cenderung bisa menyesuaikan dirinya dengan baik namun mungkin menderita karena banyak dorongan kesenagan yang tidah terpuaskan. Sebaliknya, manusia yang kurang mendengarkan superegonya cenderung bisa memuaskan dorongannya tetapi sering kali ditanggapi rasa bersalah, malu dan cemas. Superego berfungsi membatasi dorongan-dorongan id dan mengendalikan ego agar tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kode moral atau norma masyarakat.
Manusia yang mengikuti arahan superegonya cenderung dapat menyesuaikan dirinya dengan baik namun mungkin menderita karena banyak dorongan kesenangan yang tak terpuaskan. Sebaliknya, manusia yang kurang mendengarkan superegonya cenderung dapat memuaskan dorongannya namun seringkali dihinggapi rasa bersalah, malu dan cemas.
c.       Perkembangan kepribadian                   
Tahapan perkembangan Freud disebut tahapan psikoseksual, karena merepresentasikan suatu kebutuhan seksual yang menoojol pada setiap tahapan perkembangan.
Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:
         Tahap oral, kontak pertama yang dilakukan oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui mulut (oral). Kepuasan seksual pada saat ini diperoleh melalui mulut, yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, menghisap, dll.
         Tahap anal
Pada usia 1 tahun anak melakukan interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut (anal) dan pembuangan. Setelah di belajarkan tentang cara-cara pembuangan melalui prosedur latihan pembuangan (toilet training) anak memperoleh tuntutan untuk mengendalikan perilakunya dan mengikuti cara-cara pembuangan yang benar.
         Tahap palis
Interaksi dalam tahap ini bersifat genital dan terjadi ketika anak berusia sekitar 4 tahun. Anak laki-laki mengembangan fantasi seksual dengan ibunya, peristiwa ini disebut Oedipus complex dan perempuan mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya, peristiwa ini disebut electra complex.
         Tahap laten
Pada tahap ini anak laki-laki dan perempuan menekan semua isu-isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan dirinya kedalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang sama, yang bersifat full-male atau full-female. Tahapan ini terjadi ketika anak memasuki periode pubertas.
         Tahap genital
Ketika memasuki masa pubertas, anak-anak mulai tertarik satu sama lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling mengembangkan hubungan dan minat-minat seksual, cinta dan bentuk-bentuk keterikan-keterikatan yang lain.
d.      Mekanisme pertahanan ego
Ketiga struktur ego (id, ego, dan superego) tidak selalu dapat bekerja sama secara harmonis. Dalam rangka memenuhi kebutuhan id, antara ketiga divisi kepribadian tersebut sering terjadi konflik. Konflik antara ketiga struktur kepribadian tersebut disebut konflik intrapsikis. Konflik tersebut berpotensi menimbulkan perasaan cemas
Jika ego tidak mampu menemukan cara-cara yang realistis untuk merespon rasa cemas ia menggunakan cara-cara yang tidak realistis yang disebut mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism).
2.3. Implementasi
Implementasi teori konseling psikoanalisa:
1.      Tujuan
Sesuai dengan asumsi-asumsi dasar tentang sifat dasar manusia yang dipegang, konseling psikoanalisa bertujuan untuk membantu individu (konseli) agar mampu mengoptimalkan fungsi ego dengan cara mencapai keseimbangan psikologis. Keseimbangan psikologis ini dicapai dengan cara meniadakan kecemasan atau menangani konflik-konflik intrapsikis
Baker (1985) mengemukakan lima tujuan khusus konseling psikoanalisa, yakni membantu individu agar mampu untuk :
      Meningkatkan kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls dan berbagai bentuk dorongan naluriah yang tidak rasional
      Memperkaya sifat dan macam mekanisme pertahanan ego sehingga lbih efektif, lebih matang, dan lebih dapat diterima
      Mengembangkan perspektif yang lebih berlandaskan pada assesmen realitas yang jelas dan akurat dan yang mendorong penyesuaian
      Mengembangkan kemampuan untuk membentuk hubungan yang akrab dan sehat dengan cara yang menghargai hak-hak pribadi dan orang lain
      Menurunkan sifat perfeksionis (mengejar kesempurnaan) rigid (kaku), dan punitive (menghukum).
2.      Proses
Praktek dalam konseling psikoanalisa sebagaimana di lakukan oleh freud dan para praktisi modern psikoanalisa pada umumnya merupakan suatu proses yang panjang dan intensif dengan beberapa kali pertemuan.
Konselor secara aktif juga harus mendengarkan (dengan penuh perhatian) konseli dan mengarahkan sesi-sesi menuju pengungkapan materi-materi kompleks terdesak. Dalam hal ini, konselor diibaratkan mendengarkan klien dengan menggunakan tiga telinga guna memahami kata-kata symbol, kontradiksi, yang mungkin merupakan kunci untuk membuka pintu ketidaksadaran. Pertanyaan, interpretasi, asosiasi bebas, dan dorongan merupakan teknik-teknik umum yang digunakan oleh para konselor psikoanalisa.   
2.4. Teknik konseling
Freud dan para konselor psikoanalisa menggunakan banyak teori guna mendorong konseli untuk berbicara tentang masalahnya. Beberapa teknik yang umum digunakan adalah :
a.      Transferen dan Kontratransferen
Transferen adalah suatu keadaan yang menggambarkan konseli memproyeksikan karakteristik orang lain, biasanya orangtua atau orang lain yang menjadi tokoh identifikasi konseli atau dengan siapa konseli punya masalah ke dalam diri konselor dan bereaksi terhadap konselor seolah-olah konselor memiliki karakteristik orang lain tersebut. Untuk membawa kesadaran klien terhadap realita, maka transferen harus dihentikan. Ini dilakukan dengan teknik Kontratransferen. Melalui teknik ini konselor memproyeksikan ke dalam diri klien karakteristik orang lain yang penting (berpengaruh) dalam kehidupan masa lampaunya.
b.      Asosiasi bebas
Asosiasi bebas didasarkan pada suatu asumsi bahwa orang akan mangatakan apapun yang ada di dalam benaknya tanpa sensor atau penilaian. Melalui asosiasi bebas konselor berusaha mempertalikan antara satu pikiran konseli dengan pikiran-pikiran lainnya. Contoh : kita mungkin mendengarkan suatu musik dan mengingatkan kita pada lagu tertentu, mengingatkan kita pada suatu peristiwa tertentu seperti pengalaman dengan kekasih, pada kemarahan orangtua ketika kita pulang terlambat setelah kencan dengan kekasih, dll. Melalui asosiasi bebas, music dapat membangunkan perasaan cemas yang kuat karena ia beekaitan dengan emosi yang tak mampu kita terima. Freud dan konselor psikoanalisa menggunakan asosiasi bebas untuk mendorong klien mengingat kembali kesan-kesan atau materi-materi masa lampau dan kemudian membebaskan perasaan tertekannya.

c.       Abriaksi
Teknik abriaksi digunakan untuk mempermudah hubungan antara emosi dan materi-materi komplek terdesak. Teknik ini dilaksanakan dengan cara meminta konseli menghayati kembali melalui imajinasi, pengalaman asli serta emosi yang menyertai atau mengikutinya. Dalam hal ini, emosi konseli dipandang sebagai kondisi mental yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa masa lampau yang sekarang menjadi komkpleks terdesak dan oleh karena itu perlu diungkap. Saat ini, teknik ini tidak hanya digunakan oleh para konselor psikoanalisa saja tetapi juga oleh konselor dari orientasi teoretis yang lain untuk membantu konseli menangani reaksi emosional yang sangat kuat terhadap suatu peristiwa (Seligman, 2001)
d.      Analisis dan Interpretasi
Analisis dan interpretasi digunakan untuk mendorong kesadaran dan pemahaman (insight) dengan cara membawa materi-materi kompleks terdesak ke daalm kesadaran. Tujuannya adalah agar konseli dapat memperoleh pemahaman tentang hubungan antara kesulitan-kesulitannya pada saat sekarang dengan berbagai peristiwa atau pengalaman masa lampaunya. Harapan dari cara ini adalah konseli mampu untuk membuat perubahan yang positif. 
Analisis adalah suatu proses mengungkap dan memahami materi-materi kompleks terdesak konseli, termasuk didalamnya peristiwa-peristiwa atau pengalaman traumatik masa lalu dan impian-impian.
Interpretasi merupakan suatu proses membentangkan atau menguraikan makna dari simbul-simbul material bawah sadar yang dikomunikasikan oleh konseli dan kemudian mempertalikan dengan masalah atau kesulitan yang dialami konseli pada saat sekarang.
Dengan memahami materi-materi kompleks terdesak, baik secara emosional maupun kognitif, memungkinkan konseli untuk :  1) memahami pengaruh-pengaruh impuls terdesak, pengalaman, dan peristiwa masa lampau pada kesulitannya; 2) memilih atau menggunakan strategi mekanisme pertahanan ego yang lebih tepat; 3) membebaskan dirinya dari dampak negatif materi-materi yang ditekannya ke alam bawah sadar sejak masa kanak-kanak.

2.5. Tujuan konseling:
  1. Membuat tidak  sadar menjadi sadar;
  2. Mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan
  3. Membantu klien belajar dan mengatasi dan menyesuaikan
  4. Rekonstruksi kepribadian.
2.6. Aplikasi
Konseling psikoanalisa diakui oleh freud sebagai suatu pendekatan yang hanya tepat untuk kelompok individu tertentu. Seiring perkembangan teori psikoanalisa tersebut, gangguan mental (gangguan kepribadian) dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: psikosis dan neurosis.
Psikosis merupakan bentuk gangguan mental yang di tandai oleh hilangnya kontak dengan realitas karena hilangnya kemampuan individu untuk mempersepsi dan menginterpretasikan pengalaman internal dan eksternalnya. Konseling psikoanalisa tidak bisa di gunakan untuk menangani penderita psikosis.
Neurosis ditandai dengan adanya gangguan emosi, kognisi, dan perilaku yang menghambat kemampuan individu untuk berperilaku secara sehat atau berfungsi normal. Meskipun mereka mengalami kesulitan untuk memahami makna pengalamannya, tapi mereka masih memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, bisa membentuk perilaku produktif, dapat memisahkan antara impian, fantasi, dan realitas. Freud membagi neorosis menjadi 2 kategori, yaitu: neurosis transferen dan neurosis narsistik. Neurosis transferen melibatkan konflik antara id dan ego. Sedangkan neurosis narsitik melibatkan konflik antara ego dan superego. Freud memiliki keyakinan bahwa hanya tipe neurosis transferen yang hanya dapat di tangani melalui psikoanalisa. Namun, pada saat ini banyak konselor psikoanalisa yang mengembangkan keyakinan bahwa psikoanalisa bisa digunakan secara efektif untuk menangani semua gangguan nonpsikotik.
2.7. Kritik dan Kontribusi
Beberapa Kritik terhadap psikoanalisa antara lain:
  1. Pandangan yang terlalu deterministik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan
  2. Terlalu banyak menekankan kepada pengalaman masa kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu.
  3. Terlalu meminimalkan rasionalitas
  4. Penyembuhan dalam psikoanalisa terlalu bersifat rasional dalam pendekatannya.
  5. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung system psikoanalisa.
Sedangkan kontribusi yang diberikan antara lain;
  1. adanya motivasi yang tidak selamanya disadari
  2. teori kepribadian dan teknik psikoterapi
  3. pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian.
  4. model penggunaan wawancara sebagai alat terapi
  5. pentingnya sikap non-moral pada terapis
  6. adanya persesuaian antara teori dan teknik.
Hal-hal yang harus diperhatikan konselor:
  1. ”Manusia adalah Makhluk yang Memiliki Kebutuhan dan Keinginan”. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif.
  2. “Kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu  supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial, dalam masyarakat.
  3. Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Karena  setiap manusia  selalu hidup dalam kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan dll,
  4. Bimbingan   merupakan wadah dalam rangka mengatasi kecemasan.
  5. Pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pemebinaan akhlak individual,  keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.
  6. “Tahapan Perkembangan Kepribadian Individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.
  7. “Ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses  bimbingan yang  dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional  sehingga berubah menjadi rasional.

1 komentar:

  1. Aussieodds Bookie : -vntopbet m88 m88 메리트카지노 메리트카지노 rb88 rb88 45835 Free Pokies Ainsworth Casino Review

    BalasHapus