Pandangan
tentang sifat dasar manusia
Menurut teori konseling psikoanalisa, perilaku
dan perkembangan manusia bersifat deterministik. Perilaku dan perkembangan
manusia sangat dipengaruhi oleh faktor genetik (biologis) dan berbagai
peristiwa pada tahun-tahun awal kehidupan atau pada masa kanak-kanak. Meskipun
demikian, teori ini juga mengakui pentingnya peran konteks sosial khususnya
lingkungan keluarga dalam mempengaruhi perkembangan. Freud juga memandang
manusia sebagai entitas yang memiliki kemampuan untuk menyadari kesulitan atau
masalahnya dan memanfaatkan sumber-sumber bantuan lain dan perkembangan pribadinya
untuk memahami masalahnya mengalahkan dorongan naluriahnya yang tidak rasional
dan membuat perubahan yang positif dan kemudian mencapai kehidupan yang
diinginkannya.
2.2. Sistem teori
Teori konseling psikoanalisa berakar dari teori
kepribadian Freud. Dalam hal ini Freud menggambarkan kepribadian manusia
melalui konsep struktur mental (psyche) dan struktur kepribadian.
a. Struktur mental
Kesadaran, merujuk pada
apa yang sedang kita persepsi (rasakan, pikirkan, amati). Kesadaran ini dapat dikenali
dari apa yang kita rasakan.
Ambang sadar, berisikan
ingatan-ingatan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang siap masuk
kedalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan.
Ketidaksadaran,
ditamsilkan
sebagai gudang dari imej-imej yang tak dapat diterima (ditolak oleh norma
tertentu), peristiwa masa lampau, impuls-impuls dan keinginan yang tidak kita
sadari. Materi-materi di dalam ketidaksadaran berpotensi menimbulkan
ketegangan, ancaman dan perasaan cemas. Materi ini sering muncul ke kesadaran
dalam bentuk halusinasi atau impian.
b. Struktur
kepribadian
Id, merupakan
struktur yang kita bawa sejak lahir dan bersisikan semua potensi bawaan,
termasuk naluri-naluri yang umumnya tidak kita sadari. Di dalam id terdapat
dorongan-dorongan naluriah yang cenderung primitif dan menimbulkan ketegangan
karena menuntut untuk dipenuhi. Untuk memuaskan dorongan-dorongan, id
menggunakan dua mekanisme tindakan refleks dan proses primer.
Dorongan
naluriah, dibedakan
menjadi dua, yakni:
Naluri hidup
(libido) yang merefleksikan kebutuhan id untuk mengejar kesenangan dan
menghindari ketidaknyamanan.
Naluri mati
(tanatos) yang merupakan dorongan-dorngan agresif yang negatif yang dapat
mecelakakan diri sendiri atau orang lain.
Ego, berfungsi
untuk membantu id memenuhi dorongan-dorongannya secara nyata dan bukan hanya
sekedar membayangkan atau melamun. Ego tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan
id, tetapi juga merintangi atau menolak dorongan-dorongan yang tidak di ijinkan
oleh norma atau kode moral yang ditekankan oleh lingkungan sosial. Ego
merupakan aspek eksekutif (pengendali atau pengatur) dari struktur kepribadian.
Superego, merupakan aspek
kepribadian yang berisikan nilai-nilai atau kode moral masyarakat yang di
internalisasi oleh anak melalui pedidikan orang tua. Manusia yang mengikuti
arahan superegonya cenderung bisa menyesuaikan dirinya dengan baik namun
mungkin menderita karena banyak dorongan kesenagan yang tidah terpuaskan.
Sebaliknya, manusia yang kurang mendengarkan superegonya cenderung bisa
memuaskan dorongannya tetapi sering kali ditanggapi rasa bersalah, malu dan
cemas. Superego berfungsi membatasi dorongan-dorongan id dan mengendalikan ego
agar tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kode moral atau norma
masyarakat.
Manusia yang mengikuti arahan superegonya
cenderung dapat menyesuaikan dirinya dengan baik namun mungkin menderita karena
banyak dorongan kesenangan yang tak terpuaskan. Sebaliknya, manusia yang kurang
mendengarkan superegonya cenderung dapat memuaskan dorongannya namun seringkali
dihinggapi rasa bersalah, malu dan cemas.
c.
Perkembangan
kepribadian
Tahapan perkembangan Freud disebut tahapan
psikoseksual, karena merepresentasikan suatu kebutuhan seksual yang menoojol
pada setiap tahapan perkembangan.
Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:
Tahap oral, kontak
pertama yang dilakukan oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui mulut
(oral). Kepuasan seksual pada saat ini diperoleh melalui mulut, yakni melalui
berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, menghisap, dll.
Tahap anal
Pada usia 1 tahun anak melakukan interaksi
melalui fungsi pembuangan isi perut (anal) dan pembuangan. Setelah di
belajarkan tentang cara-cara pembuangan melalui prosedur latihan pembuangan
(toilet training) anak memperoleh tuntutan untuk mengendalikan perilakunya dan
mengikuti cara-cara pembuangan yang benar.
Tahap palis
Interaksi dalam tahap ini bersifat genital dan
terjadi ketika anak berusia sekitar 4 tahun. Anak laki-laki mengembangan
fantasi seksual dengan ibunya, peristiwa ini disebut Oedipus complex dan
perempuan mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya, peristiwa ini disebut electra
complex.
Tahap laten
Pada tahap ini anak laki-laki dan perempuan
menekan semua isu-isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya,
mereka mulai melibatkan dirinya kedalam kelompok bermain yang terdiri atas
anak-anak lain dari jenis kelamin yang sama, yang bersifat full-male
atau full-female. Tahapan ini terjadi ketika anak memasuki periode
pubertas.
Tahap genital
Ketika memasuki masa pubertas, anak-anak mulai
tertarik satu sama lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih
matang. Mereka saling mengembangkan hubungan dan minat-minat seksual, cinta dan
bentuk-bentuk keterikan-keterikatan yang lain.
d. Mekanisme
pertahanan ego
Ketiga struktur ego (id, ego, dan superego)
tidak selalu dapat bekerja sama secara harmonis. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan id, antara ketiga divisi kepribadian tersebut sering terjadi konflik.
Konflik antara ketiga struktur kepribadian tersebut disebut konflik
intrapsikis. Konflik tersebut berpotensi menimbulkan perasaan cemas
Jika ego tidak mampu menemukan cara-cara yang
realistis untuk merespon rasa cemas ia menggunakan cara-cara yang tidak
realistis yang disebut mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism).
2.3. Implementasi
Implementasi teori konseling psikoanalisa:
1. Tujuan
Sesuai dengan asumsi-asumsi dasar tentang sifat
dasar manusia yang dipegang, konseling psikoanalisa bertujuan untuk membantu
individu (konseli) agar mampu mengoptimalkan fungsi ego dengan cara
mencapai keseimbangan psikologis. Keseimbangan psikologis ini dicapai dengan
cara meniadakan kecemasan atau menangani konflik-konflik intrapsikis
Baker (1985) mengemukakan lima tujuan khusus
konseling psikoanalisa, yakni membantu individu agar mampu untuk :
Meningkatkan
kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls dan berbagai bentuk
dorongan naluriah yang tidak rasional
Memperkaya
sifat dan macam mekanisme pertahanan ego sehingga lbih efektif, lebih
matang, dan lebih dapat diterima
Mengembangkan
perspektif yang lebih berlandaskan pada assesmen realitas yang jelas dan akurat
dan yang mendorong penyesuaian
Mengembangkan
kemampuan untuk membentuk hubungan yang akrab dan sehat dengan cara yang
menghargai hak-hak pribadi dan orang lain
Menurunkan
sifat perfeksionis (mengejar kesempurnaan) rigid (kaku), dan punitive
(menghukum).
2. Proses
Praktek dalam konseling psikoanalisa
sebagaimana di lakukan oleh freud dan para praktisi modern psikoanalisa pada
umumnya merupakan suatu proses yang panjang dan intensif dengan beberapa kali
pertemuan.
Konselor secara aktif juga harus mendengarkan
(dengan penuh perhatian) konseli dan mengarahkan sesi-sesi menuju pengungkapan
materi-materi kompleks terdesak. Dalam hal ini, konselor diibaratkan
mendengarkan klien dengan menggunakan tiga telinga guna memahami kata-kata
symbol, kontradiksi, yang mungkin merupakan kunci untuk membuka pintu
ketidaksadaran. Pertanyaan, interpretasi, asosiasi bebas, dan dorongan
merupakan teknik-teknik umum yang digunakan oleh para konselor psikoanalisa.
2.4. Teknik konseling
Freud dan para konselor psikoanalisa
menggunakan banyak teori guna mendorong konseli untuk berbicara tentang
masalahnya. Beberapa teknik yang umum digunakan adalah :
a. Transferen
dan Kontratransferen
Transferen adalah suatu keadaan yang
menggambarkan konseli memproyeksikan karakteristik orang lain, biasanya orangtua
atau orang lain yang menjadi tokoh identifikasi konseli atau dengan siapa
konseli punya masalah ke dalam diri konselor dan bereaksi terhadap konselor
seolah-olah konselor memiliki karakteristik orang lain tersebut. Untuk membawa
kesadaran klien terhadap realita, maka transferen harus dihentikan. Ini
dilakukan dengan teknik Kontratransferen. Melalui teknik ini konselor
memproyeksikan ke dalam diri klien karakteristik orang lain yang penting
(berpengaruh) dalam kehidupan masa lampaunya.
b. Asosiasi
bebas
Asosiasi bebas didasarkan pada suatu asumsi
bahwa orang akan mangatakan apapun yang ada di dalam benaknya tanpa sensor atau
penilaian. Melalui asosiasi bebas konselor berusaha mempertalikan antara satu
pikiran konseli dengan pikiran-pikiran lainnya. Contoh : kita mungkin
mendengarkan suatu musik dan mengingatkan kita pada lagu tertentu, mengingatkan
kita pada suatu peristiwa tertentu seperti pengalaman dengan kekasih, pada
kemarahan orangtua ketika kita pulang terlambat setelah kencan dengan kekasih,
dll. Melalui asosiasi bebas, music dapat membangunkan perasaan cemas yang kuat
karena ia beekaitan dengan emosi yang tak mampu kita terima. Freud dan konselor
psikoanalisa menggunakan asosiasi bebas untuk mendorong klien mengingat kembali
kesan-kesan atau materi-materi masa lampau dan kemudian membebaskan perasaan
tertekannya.
c.
Abriaksi
Teknik abriaksi digunakan untuk mempermudah
hubungan antara emosi dan materi-materi komplek terdesak. Teknik ini
dilaksanakan dengan cara meminta konseli menghayati kembali melalui imajinasi,
pengalaman asli serta emosi yang menyertai atau mengikutinya. Dalam hal ini,
emosi konseli dipandang sebagai kondisi mental yang berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa masa lampau yang sekarang menjadi komkpleks terdesak dan oleh
karena itu perlu diungkap. Saat ini, teknik ini tidak hanya digunakan oleh para
konselor psikoanalisa saja tetapi juga oleh konselor dari orientasi teoretis
yang lain untuk membantu konseli menangani reaksi emosional yang sangat kuat
terhadap suatu peristiwa (Seligman, 2001)
d.
Analisis
dan Interpretasi
Analisis dan interpretasi digunakan untuk
mendorong kesadaran dan pemahaman (insight) dengan cara membawa
materi-materi kompleks terdesak ke daalm kesadaran. Tujuannya adalah agar
konseli dapat memperoleh pemahaman tentang hubungan antara
kesulitan-kesulitannya pada saat sekarang dengan berbagai peristiwa atau
pengalaman masa lampaunya. Harapan dari cara ini adalah konseli mampu untuk
membuat perubahan yang positif.
Analisis adalah suatu proses mengungkap dan
memahami materi-materi kompleks terdesak konseli, termasuk didalamnya
peristiwa-peristiwa atau pengalaman traumatik masa lalu dan impian-impian.
Interpretasi merupakan suatu proses
membentangkan atau menguraikan makna dari simbul-simbul material bawah sadar
yang dikomunikasikan oleh konseli dan kemudian mempertalikan dengan masalah
atau kesulitan yang dialami konseli pada saat sekarang.
Dengan memahami materi-materi kompleks
terdesak, baik secara emosional maupun kognitif, memungkinkan konseli untuk :
1) memahami pengaruh-pengaruh impuls terdesak, pengalaman, dan peristiwa
masa lampau pada kesulitannya; 2) memilih atau menggunakan strategi mekanisme
pertahanan ego yang lebih tepat; 3) membebaskan dirinya dari dampak negatif
materi-materi yang ditekannya ke alam bawah sadar sejak masa kanak-kanak.
2.5.
Tujuan konseling:
- Membuat
tidak sadar menjadi sadar;
- Mengatasi
tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan
- Membantu
klien belajar dan mengatasi dan menyesuaikan
- Rekonstruksi
kepribadian.
2.6. Aplikasi
Konseling psikoanalisa diakui oleh freud
sebagai suatu pendekatan yang hanya tepat untuk kelompok individu tertentu.
Seiring perkembangan teori psikoanalisa tersebut, gangguan mental (gangguan
kepribadian) dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: psikosis dan neurosis.
Psikosis merupakan bentuk gangguan mental yang
di tandai oleh hilangnya kontak dengan realitas karena hilangnya kemampuan
individu untuk mempersepsi dan menginterpretasikan pengalaman internal dan
eksternalnya. Konseling psikoanalisa tidak bisa di gunakan untuk menangani
penderita psikosis.
Neurosis ditandai dengan adanya gangguan emosi,
kognisi, dan perilaku yang menghambat kemampuan individu untuk berperilaku
secara sehat atau berfungsi normal. Meskipun mereka mengalami kesulitan untuk
memahami makna pengalamannya, tapi mereka masih memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungannya, bisa membentuk perilaku produktif, dapat
memisahkan antara impian, fantasi, dan realitas. Freud membagi neorosis menjadi
2 kategori, yaitu: neurosis transferen dan neurosis narsistik.
Neurosis transferen melibatkan konflik antara id dan ego. Sedangkan neurosis
narsitik melibatkan konflik antara ego dan superego. Freud memiliki keyakinan
bahwa hanya tipe neurosis transferen yang hanya dapat di tangani melalui
psikoanalisa. Namun, pada saat ini banyak konselor psikoanalisa yang
mengembangkan keyakinan bahwa psikoanalisa bisa digunakan secara efektif untuk
menangani semua gangguan nonpsikotik.
2.7. Kritik dan Kontribusi
Beberapa Kritik terhadap psikoanalisa antara
lain:
- Pandangan
yang terlalu deterministik dinilai terlalu merendahkan martabat
kemanusiaan
- Terlalu
banyak menekankan kepada pengalaman masa kanak-kanak, dan menganggap
kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu.
- Terlalu
meminimalkan rasionalitas
- Penyembuhan
dalam psikoanalisa terlalu bersifat rasional dalam pendekatannya.
- Data
penelitian empiris kurang banyak mendukung system psikoanalisa.
Sedangkan kontribusi yang diberikan antara
lain;
- adanya
motivasi yang tidak selamanya disadari
- teori
kepribadian dan teknik psikoterapi
- pentingnya
masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian.
- model
penggunaan wawancara sebagai alat terapi
- pentingnya
sikap non-moral pada terapis
- adanya
persesuaian antara teori dan teknik.
Hal-hal yang harus diperhatikan konselor:
- ”Manusia
adalah Makhluk yang Memiliki Kebutuhan dan Keinginan”. Konsep
ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya
manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar.
Dengan demikian konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu
berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli,
sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif.
- “Kecemasan”
yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana
pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti
dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan
hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan,
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola
aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan
bertindak sesuai dengan norma agama, sosial, dalam masyarakat.
- Dengan
demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi
dengan baik dan bijaksana. Karena setiap manusia selalu hidup
dalam kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena
tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan dll,
- Bimbingan
merupakan wadah dalam rangka mengatasi kecemasan.
- Pengaruh
masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun
banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini
sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral
individual. Dalam sistem pemebinaan akhlak individual, keluarga
dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang
sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang
sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam
lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik,
maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.
- “Tahapan
Perkembangan Kepribadian Individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan,
baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa
materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan
perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki
karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan
bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila
ingin bimbingannya menjadi efektif.
- “Ketidaksadaran”
dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan pada
individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang
bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.
Aussieodds Bookie : -vntopbet m88 m88 메리트카지노 메리트카지노 rb88 rb88 45835 Free Pokies Ainsworth Casino Review
BalasHapus