Selasa, 18 Juni 2013

TERAPI PUBLIK " SAMPAH"



TERAPI PUBLIK /MASSAL
PADA MASYARAKAT INDONESIA TENTANG SAMPAH
 ( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Komunikasi ) 
Dosen pembimbing:
Drs.Yahya, M.A

 Disusun oleh:
Indra Rakhmawati         (10410108)
                                               
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS PSIKOLOGI
Juni, 2013

I.                   LATAR BELAKANG
Sampah merupakan masalah public yang belum terselesaikan di Indonesia hingga saat ini. Kapasitas Tempat Pembuangan Sampah (TPA) yang tersedia dengan jumlah sampah yang ada tiap hari nya tidak sepadan.  Di Garut  Sejumlah warga mengeluhkan tumpukan sampah yang menimbulkan bau tak sedap menumpuk di beberapa titik pinggiran jalan wilayah kota,. ( antaranews. Minggu, 7 April 2013 06:32 WIB.
Berita diatas adalah salah satu masalah yang sering dijumpai. Bukan hanya terjadi di garut, manun sering kali terjadi di kota-kota lain. Sampah yang tidak dikondisikan dengan benar, baik oleh pihak pemerintah maupun pihak masyarakat sendiri.  Masyarakat sendiri memiliki kesadaran yang rendah dalam hal menjaga kebersihan lingkungan. Sering kali ditemui sampah berserakan dimana- mana. Kesadaran untuk membuang sampah ditempatnya tidak dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Padahal sudah disediakan tempat samapah dimana-mana. Dengan jarak lima meter pun mereka memilih untuk membuang sampah di sembarangan, dari pada harus berjalan menuju tempat sampah yang jaraknya hanya lima meter dengannya.
Membuang sampah di sungai, juga sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesai. Padahal di tempat-tempat umum sering dijumpai semboyan-semboyan, atau tulisan-tulisan yang menyuruh kita untuk membuang sampah  di tempatnya namun tulisan-tulisan itu seperti menjadi hiasan dinding semata.

II.                   DIAGNOSA MASALAH
Dalam menangani masalah sampah, pemerintah sudah melakukan terapi public, dengan menempelkan tulisan-tulisan untuk mengajak masyarakat membuang sampah pada tempatnya, dan juga mensosialisasikan pentingnya membuang sampah di tempat sampah lewat media-media elektronik. Namun upaya-upaya tersebut tidak berhasil membuat masyarakat untuk mau membuang sampah pada tempatnya. Kebiasaan masyarakat tetap untuk membuang sampah pada tempatnya tetap tidak berubah. Untuk itu perlu adanya terapi yang lain untuk mengubah kebiasan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.

1.             REFIEW MATERI
Teori Habit
Kebiasaan (habit) adalah satu-satunya elemen dalam teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon, yang relative stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi pengalamannya. Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara. Maksudnya, kebiasaan hari ini mungkin berubah berkat pengalaman baru keesokanharinya.
Dollard dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drives), seperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relative stabil. Dorongan primer (primary drives) dan hubungan stimulus-respon yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan stimulus-respon bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.
Empat Fungsi
·  Reasoning memungkinkan orang menguji alternatif respon tanpa nyata-nyata mencobanya, sehingga menyingkat proses memilih tindakan, memberi kemudahan untuk merencanakan, menekankan tindakan pada masa yang akan datang, mengantisipasi respon agar menjadi lebih efektif.
·  Drive adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatannya. Kekuatan drives tergantung kekuatan stimulus yang memunculkannya. Semakin kuat drivenya, semakin kuat tingkah laku yang dihasilkannya. Secondary drives atau drives yang dipelajari/diperoleh berdasarkan primary drives. Sesudah secondary drives dimiliki, itu akan memotivasi untuk mempelajari respon baru seperti fungsi dari primary drives.
·  Cue adalah stimulus yang member petunjuk perlunya dilakuakn respon yang sesungguhnya. Pengertian cuemirip dengan pengertian realitas subjektif dari Rogers, yakni cue adalah petunjuk yang ada pada stimulus sepanjang pemahaman subjektif individu.
·  Response adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Sebelum suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi terlebih dahulu. Dalam situasi tertentu, suatu stimulus menimbulkan respon-respon yang berurutan, disebut initial hierarchy of response. Belajar akan menghilangkan beberapa respon yang tidak perlu, menjadi resultant hierarchy yang lebih efektif mencapai tujuan yang diharapkan.
·  Reinforcement maksudnya agar belajar terjadi, harus ada reinforcement atau hadiah. Dollard dan Miller mendefinisikan reinforcement sebagai drive pereda dorongan (drive reduction). Event yang hanya meredakan sebentar stimuli pendorongnya akan memperkuat respon apapun yang terlibat. Bisa dikatakan, reduksi drivemenjadi syarat mutlak dari reinforcement. Hipotesis mengenai reduksi drive ini menimbulkan kontroversi, dan Miller sendiri terus berusaha mencari pembenarannya.
Terapi Behavior
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory). Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari;
•    Meningkatkan perilaku, atau
•    Menurunkan perilaku
•    Meningkatkan perilaku:
•    Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
•    Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
•    Mengurangi perilaku:
•    Punishment: memberi stimulus aversi
•    Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
•    Extinction: menahan reinforcement
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
Bentuk bentuk terapi Perilaku
Bentuk-bentuk terapi perilaku yang kami gunakan dalam terapi public, antara lain:
Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
Pengondisian operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy.
Ø   Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer.
Ø   Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.
Ø   Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa dikurangi.
Ø   Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.
Ø   Modeling, metodenya dengan mengamati seorang  kemudian mencontohkan tingkah laku sang model.  Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
Ø   Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.


2.             PERENCANAAN KEGIATAN TERAPI
Untuk membentuk kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, dan mau memperhatikan kebersihannya, kami menggunakan terapi behavior dengan modifikasi perilaku untuk mengubah habit.
Desain Rancangan Terapi
Langkah pertama
Sosialisasi kepada masyarakat
Sosialisasi ini, bertujuan untuk memberi tahu masyarakat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dan mengajak mereka agar tidak membuang sampah di sembarangan tempat. Dan juga memberitahu sangsi/ hukuman yang akan diterima masyarakat jika mereka tidak membuang sampah pada tempatnya. Hukuman disesuaikan dengan kebijakan pemerintah, yang dirancang dalam undang-undang.
Sosialisasi ini, dilakukan lewat media-media cetak, elektronik maupun terjun langsung ke kawasan masyarakat. Seperti penyuluhan dalam di balai-balai desa maupun kota.

Langkah kedua
Menyediakan fasilitas
Menyediakan fasilitas seperti tempat pembuangan sampah dan ditempatkan yang minimal ada pada jarak 15 m antara tempat sampah. Mudah di jangkau oleh masyarakat, baik di jalan raya, tempat-tempat umum, tempat sampah disetiap rumah. Dan juga petugas sampah yang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya.
Kamera setiap sudut area, untuk memantau jika ada yang membuang sampah disembarang tempat, dan petugas yang bertugas untuk menegur/ memberi sangsi pada orang yang membuang sampah sembarangan.
Langkah ketiga
Mengadakan persaingan antar daerah
Setiap daerah kita arahkan untuk bersaing dengan daerah lain, untuk menjaga kebersihan daerahnya masing-masing. Dan setiap daerah yang mampu menjada kebersihan lingkungannya, akan diberi penghargaan.
Langkah keempat
Berkomunikasi lewat tulisan
Di setiap sudut area atau tempat-tempat umum, kita menempelkan pamphlet, poster maupun benner tentang anjuran untuk menjaga kebersihan dengan membuang sampah ditempatnya. Dan pemberi tahuan sangsi tegas jika membuang sampah disembarangan tempat.
Langkah kelima
Fasilitas pada transportasi umum
Setiap alat transportasi umum, seperti bis,kereta. Disediakan tempat sampah di dalamnya. Dan pemberitahuan pada penumpang untuk membuang sampah ditempat  yang telah disediakan. Jika dilanggar akan dikenai denda.
Langkah keenam
Petugas khusus
Disetiap daerah, tempat-tempat umum seperti pasar,terminal,dll. Selalu ada petugas khusus yang bertanggung jawab atas kebersihan tempat/ daerah tersebut. Petugas juga bisa menegur atau member sangsi pada orang yang membuang sampah disembarangan temapat.
Langkah ketujuh
Pantauan
Selalu ada pantauan setiap satu bulan disetiap daerah, maupun tempat-tempat umum. Petugas yang bertugas akan melaporkan semuanya pada pemantauan, dan mengecek kawasan. Jika ada salah satu yang lalai dalam tugasnya maka akan diberi sangsi tegas.

Rancangan ini menggunakan system reinforcement dan punishment. Masyarakat Indonesia memerlukan hukum/sangsi yang tegas agar masyarakat mau dan memiliki kesadaran diri akan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya dalam hal sampah.
·                DESAIN KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN
Dalam terapi ini, desain komunikasi yang digunakan adalah: komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal dengan adanya sosialisasi/penyuluhan secara langsung kepada masyarakat, pemantauan langsung terhadap kawasan. Peneguran oleh petugas kepada masyarakat yang membuang sampah di sembarangan tempat. 
Komunikasi non verbal diberikan denga cara penempelan pamflet, poster maupun benner tentang ajakan untuk menjaga kebersihan dan membuang sampah ditempatnya.
Komukasi menjadi media utama penghubung ke jaringan masyarakat luas. Tanpa komunikasi, program apapun tidak akan berjalan dengan lancar, atau bahkan tidak akan berjalan sama sekali.

·                PEMBAHASAN  TENTANG PERAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI DALAM  TERAPI
Dalam terapi ini, psikologi komunikasi berperan penting untuk membantu melancarkan program yang disusun. Dengan psikologi komunikasi, kita bisa mengetahui model-model komunikasi yang sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya, mengetahu psikologis masyarakat saat berkomunikasi, sehingga kita bisa mengetahui bagaimana cara membuat masyarakat mau mengikuti/mematuhi program yang dibuat, sehingga masyarakat dengan kesadarannya akan menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah disembarang tempat.
Psikologi komunikasi membantu untuk mencari bidikan yang tepat untuk mempengaruhi masyarakat. Menunjukkan tipe-tipe kepribadian masyarakat dalam komunikasi, sehingga program ini bisa disesuaikan dengan tipe kepribadian masyarakat Indonesia. Membantu menentukan langkah-langkah yang diambil dan tipe hukuman apa yang digunakan untuk membentuk kesadaran dan kebiasaan masyarakat Indonesia agar membuang sampah pada tempatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar