TERAPI PUBLIK /MASSAL
PADA MASYARAKAT INDONESIA TENTANG SAMPAH
( Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Komunikasi )
Dosen pembimbing:
Drs.Yahya, M.A
Indra Rakhmawati (10410108)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS
PSIKOLOGI
Juni,
2013
I. LATAR BELAKANG
Sampah merupakan masalah public yang belum
terselesaikan di Indonesia hingga saat ini. Kapasitas Tempat Pembuangan Sampah
(TPA) yang tersedia dengan jumlah sampah yang ada tiap hari nya tidak
sepadan. Di Garut Sejumlah warga mengeluhkan tumpukan sampah
yang menimbulkan bau tak sedap menumpuk di beberapa titik pinggiran jalan
wilayah kota,. ( antaranews.
Minggu, 7 April 2013 06:32 WIB.
Berita diatas adalah salah satu masalah yang sering
dijumpai. Bukan hanya terjadi di garut, manun sering kali terjadi di kota-kota
lain. Sampah yang tidak dikondisikan dengan benar, baik oleh pihak pemerintah
maupun pihak masyarakat sendiri. Masyarakat
sendiri memiliki kesadaran yang rendah dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.
Sering kali ditemui sampah berserakan dimana- mana. Kesadaran untuk membuang
sampah ditempatnya tidak dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Padahal sudah
disediakan tempat samapah dimana-mana. Dengan jarak lima meter pun mereka
memilih untuk membuang sampah di sembarangan, dari pada harus berjalan menuju
tempat sampah yang jaraknya hanya lima meter dengannya.
Membuang sampah di sungai, juga sudah menjadi tradisi
masyarakat Indonesai. Padahal di tempat-tempat umum sering dijumpai
semboyan-semboyan, atau tulisan-tulisan yang menyuruh kita untuk membuang
sampah di tempatnya namun
tulisan-tulisan itu seperti menjadi hiasan dinding semata.
II.
DIAGNOSA MASALAH
Dalam menangani masalah sampah, pemerintah sudah
melakukan terapi public, dengan menempelkan tulisan-tulisan untuk mengajak
masyarakat membuang sampah pada tempatnya, dan juga mensosialisasikan
pentingnya membuang sampah di tempat sampah lewat media-media elektronik. Namun
upaya-upaya tersebut tidak berhasil membuat masyarakat untuk mau membuang
sampah pada tempatnya. Kebiasaan masyarakat tetap untuk membuang sampah pada
tempatnya tetap tidak berubah. Untuk itu perlu adanya terapi yang lain untuk
mengubah kebiasan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
1.
REFIEW MATERI
Teori
Habit
Kebiasaan
(habit) adalah satu-satunya elemen dalam teori Dollard dan Miller yang memiliki
sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan
respon, yang relative stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu
gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi
pengalamannya. Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara. Maksudnya,
kebiasaan hari ini mungkin berubah berkat pengalaman baru keesokanharinya.
Dollard
dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drives), seperti
rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relative stabil. Dorongan primer
(primary drives) dan hubungan stimulus-respon yang bersifat bawaan (innate)
juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit
dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan stimulus-respon
bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi
unik.
Empat Fungsi
· Reasoning
memungkinkan orang menguji alternatif respon tanpa nyata-nyata mencobanya,
sehingga menyingkat proses memilih tindakan, memberi kemudahan untuk
merencanakan, menekankan tindakan pada masa yang akan datang, mengantisipasi
respon agar menjadi lebih efektif.
· Drive
adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan
tetapi tidak menentukan bentuk kegiatannya. Kekuatan drives tergantung kekuatan
stimulus yang memunculkannya. Semakin kuat drivenya, semakin kuat tingkah laku
yang dihasilkannya. Secondary drives atau drives yang dipelajari/diperoleh
berdasarkan primary drives. Sesudah secondary drives dimiliki, itu akan
memotivasi untuk mempelajari respon baru seperti fungsi dari primary drives.
· Cue
adalah stimulus yang member petunjuk perlunya dilakuakn respon yang
sesungguhnya. Pengertian cuemirip dengan pengertian realitas subjektif dari
Rogers, yakni cue adalah petunjuk yang ada pada stimulus sepanjang pemahaman
subjektif individu.
· Response
adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Sebelum suatu respon dikaitkan
dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi terlebih dahulu. Dalam situasi
tertentu, suatu stimulus menimbulkan respon-respon yang berurutan, disebut
initial hierarchy of response. Belajar akan menghilangkan beberapa respon yang
tidak perlu, menjadi resultant hierarchy yang lebih efektif mencapai tujuan yang
diharapkan.
· Reinforcement
maksudnya agar belajar terjadi, harus ada reinforcement atau hadiah. Dollard
dan Miller mendefinisikan reinforcement sebagai drive pereda dorongan (drive
reduction). Event yang hanya meredakan sebentar stimuli pendorongnya akan memperkuat
respon apapun yang terlibat. Bisa dikatakan, reduksi drivemenjadi syarat mutlak
dari reinforcement. Hipotesis mengenai reduksi drive ini menimbulkan
kontroversi, dan Miller sendiri terus berusaha mencari pembenarannya.
Terapi
Behavior
Terapi
perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk
psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory). Tujuan umum
terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses
belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari
(learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik
learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang
lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas
proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian
pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang
layak, namun belum dipelajari;
• Meningkatkan perilaku, atau
• Menurunkan perilaku
• Meningkatkan perilaku:
• Reinforcement positif: memberi penghargaan
thd perilaku
• Reinforcement negatif: mengurangi stimulus
aversi
• Mengurangi perilaku:
• Punishment: memberi stimulus aversi
• Respons cost: menghilangkan atau menarik
reinforcer
• Extinction: menahan reinforcement
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis
tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian
treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan
masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas
berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang
maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan,
mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
Bentuk bentuk terapi Perilaku
Bentuk-bentuk
terapi perilaku yang kami gunakan dalam terapi public, antara lain:
Modifikasi Perilaku
Modifikasi
perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki
perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan
melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan
pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun
1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh
kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan
perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive
melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah
satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam
memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian
untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah
perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
Pengondisian operan
Tingkah
laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme
aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan
akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam
kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan
dengan alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut
Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan
kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan
yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah
laku, merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari
metode-metode pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan
respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy.
Ø
Perkuatan positif,
adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau
perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh
untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder,
diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer
memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah
makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan
kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi
dengan pernerkuat-pemerkuat primer.
Ø
Pembentukan Respon,
adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat
unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut
sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan
suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah
laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini.
jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif
sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perhatian dan
persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang
tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis
bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan
pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.
Ø
Perkuatan intermiten,
diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku
yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap
penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian
perkuatan yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada
pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar
setiap terjadi munculnya tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat
tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan
belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah
laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian
perkuatan bisa dikurangi.
Ø
Penghapusan, adalah
dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa
perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena
pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah
suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik
perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus
semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus
telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe
(1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan
penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di
sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian
sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama
perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang
diinginkan.
Ø
Modeling, metodenya
dengan mengamati seorang kemudian
mencontohkan tingkah laku sang model.
Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui
pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati
tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi,
kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan
mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang
terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati
orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa
mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya.
Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang
dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada
umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang
tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
Ø
Token Ekonomi, metode
token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan
dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan
pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan
perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang
nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini.
Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata,
misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.
2.
PERENCANAAN KEGIATAN TERAPI
Untuk
membentuk kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, dan mau
memperhatikan kebersihannya, kami menggunakan terapi behavior dengan modifikasi
perilaku untuk mengubah habit.
Desain
Rancangan Terapi
Langkah pertama
|
Sosialisasi kepada masyarakat
|
Sosialisasi ini, bertujuan untuk
memberi tahu masyarakat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dan
mengajak mereka agar tidak membuang sampah di sembarangan tempat. Dan juga
memberitahu sangsi/ hukuman yang akan diterima masyarakat jika mereka tidak
membuang sampah pada tempatnya. Hukuman disesuaikan dengan kebijakan
pemerintah, yang dirancang dalam undang-undang.
Sosialisasi ini, dilakukan lewat
media-media cetak, elektronik maupun terjun langsung ke kawasan masyarakat.
Seperti penyuluhan dalam di balai-balai desa maupun kota.
|
Langkah kedua
|
Menyediakan fasilitas
|
Menyediakan fasilitas seperti tempat
pembuangan sampah dan ditempatkan yang minimal ada pada jarak 15 m antara
tempat sampah. Mudah di jangkau oleh masyarakat, baik di jalan raya,
tempat-tempat umum, tempat sampah disetiap rumah. Dan juga petugas sampah
yang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya.
Kamera setiap sudut area, untuk
memantau jika ada yang membuang sampah disembarang tempat, dan petugas yang
bertugas untuk menegur/ memberi sangsi pada orang yang membuang sampah
sembarangan.
|
Langkah ketiga
|
Mengadakan persaingan antar daerah
|
Setiap daerah kita arahkan untuk
bersaing dengan daerah lain, untuk menjaga kebersihan daerahnya
masing-masing. Dan setiap daerah yang mampu menjada kebersihan lingkungannya,
akan diberi penghargaan.
|
Langkah keempat
|
Berkomunikasi lewat tulisan
|
Di setiap sudut area atau
tempat-tempat umum, kita menempelkan pamphlet, poster maupun benner tentang
anjuran untuk menjaga kebersihan dengan membuang sampah ditempatnya. Dan
pemberi tahuan sangsi tegas jika membuang sampah disembarangan tempat.
|
Langkah kelima
|
Fasilitas pada transportasi umum
|
Setiap alat transportasi umum, seperti
bis,kereta. Disediakan tempat sampah di dalamnya. Dan pemberitahuan pada
penumpang untuk membuang sampah ditempat
yang telah disediakan. Jika dilanggar akan dikenai denda.
|
Langkah keenam
|
Petugas khusus
|
Disetiap daerah, tempat-tempat umum
seperti pasar,terminal,dll. Selalu ada petugas khusus yang bertanggung jawab
atas kebersihan tempat/ daerah tersebut. Petugas juga bisa menegur atau
member sangsi pada orang yang membuang sampah disembarangan temapat.
|
Langkah ketujuh
|
Pantauan
|
Selalu ada pantauan setiap satu bulan
disetiap daerah, maupun tempat-tempat umum. Petugas yang bertugas akan
melaporkan semuanya pada pemantauan, dan mengecek kawasan. Jika ada salah
satu yang lalai dalam tugasnya maka akan diberi sangsi tegas.
|
Rancangan
ini menggunakan system reinforcement dan punishment. Masyarakat Indonesia
memerlukan hukum/sangsi yang tegas agar masyarakat mau dan memiliki kesadaran
diri akan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya dalam hal sampah.
·
DESAIN KOMUNIKASI YANG
DIGUNAKAN
Dalam
terapi ini, desain komunikasi yang digunakan adalah: komunikasi verbal maupun
non verbal. Komunikasi verbal dengan adanya sosialisasi/penyuluhan secara
langsung kepada masyarakat, pemantauan langsung terhadap kawasan. Peneguran
oleh petugas kepada masyarakat yang membuang sampah di sembarangan tempat.
Komunikasi
non verbal diberikan denga cara penempelan pamflet, poster maupun benner
tentang ajakan untuk menjaga kebersihan dan membuang sampah ditempatnya.
Komukasi
menjadi media utama penghubung ke jaringan masyarakat luas. Tanpa komunikasi,
program apapun tidak akan berjalan dengan lancar, atau bahkan tidak akan
berjalan sama sekali.
·
PEMBAHASAN TENTANG PERAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI DALAM TERAPI
Dalam
terapi ini, psikologi komunikasi berperan penting untuk membantu melancarkan
program yang disusun. Dengan psikologi komunikasi, kita bisa mengetahui
model-model komunikasi yang sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya,
mengetahu psikologis masyarakat saat berkomunikasi, sehingga kita bisa
mengetahui bagaimana cara membuat masyarakat mau mengikuti/mematuhi program
yang dibuat, sehingga masyarakat dengan kesadarannya akan menjaga kebersihan
lingkungan dan tidak membuang sampah disembarang tempat.
Psikologi
komunikasi membantu untuk mencari bidikan yang tepat untuk mempengaruhi
masyarakat. Menunjukkan tipe-tipe kepribadian masyarakat dalam komunikasi,
sehingga program ini bisa disesuaikan dengan tipe kepribadian masyarakat
Indonesia. Membantu menentukan langkah-langkah yang diambil dan tipe hukuman
apa yang digunakan untuk membentuk kesadaran dan kebiasaan masyarakat Indonesia
agar membuang sampah pada tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar